Bagaimanapandangan islam terhadap sumber daya manusia Jelaskan pengertian Mazhab Fiqih, dalam tinjauan Filsafat, Politik, dan Sejarah! Assalamualaikum,saya wanita berusia 30 tahun yg belum dipertemukan dg sudah lumayan bagus&fisik bisa dibilang oke.
Mengapa kita harus senantiasa beramal sholeh Kita hidup didunia ini merupakan ladang amal untuk kehidupan akhirat. karena kita hidup di dunia ini untuk sementara sedangkan kehidupan akhirat kekal selama lamanya. Allah berfirman dalam al-ashr/1032-3. Mengapa kita harus menjauhi amal buruk? Jawaban. agar kita selalu dekat dengan Allah dan ditempatkan pula di tempat sebaik-baiknya tempat. karena suatu amal baik akan dibalas pula dengan kebaikan, sebaliknya amal buruk akan dibalas dengan keburukan. Bagaimana cara memberikan dorongan kepada teman kita untuk beramal baik dan menjauhi amal yang buruk brainly? 3. Cara memberikan dorongan kepada teman kita untuk beramal baik dan menjauhi amal yang buruk adalah sebagai berikut Memotivasi seseorang dengan memberikan nasehat yang dimulai dari dirinya sendiri. Menumbuhkan niat yang ikhlas untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Selalu berteman kepada orang-orang yang saleh. Jelaskan apa yang dimaksud dengan amal shaleh? Dengan pengertian seperti ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa amal saleh adalah perbuatan yang membawa kemaslahatan bagi sesama, yang dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah dan contoh Rasul-Nya. Sedang amal yang tidak demikian, dapat disebut dengan amal yang buruk. Apa yang dimaksud dengan amal sholeh? Secara istilah, amal saleh adalah perbuatan yang sesuai dengan dalil akal rasional, Al Quran, dan sunnah Nabi Muhammmad SAW. Dari sisi perbuatan, amal saleh dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu amal jariyah dan amal ibadah. Apa yang Allah berikan kepada orang orang yang melakukan amal baik? Jawaban – pahala. – Allah memberikan kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat. Jelaskan apa yang dimaksud dengan amal baik dan amal buruk? Balasan amal baik adalah syurga allah swt. Sedangkan balasan amal buruk adalah siksaan api neraka. Penjelasan Karena allah telah menjanjikan syurga bagi mereka yg beramal baik,dan menjanjikan neraka bagi mereka yg beramal buruk. Kapankah pembalasan amal baik dan buruk manusia? Yaumul hisab adalah hari di mana semua amal manusia akan diperhitungkan. Sekecil apapun perbuatan manusia, baik maupun buruk akan diperhitungkan oleh Allah SWT dan diberi balasan yang setimpal. Bagaimana cara Allah membalas kebaikan orang yang beramal saleh? Di antara balasan yang dijanjikan Allah SWT itu adalah, pertama, diberi pahala yang besar. ”Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, bahwa untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” QS al-Maidah [five] nine. Kedua, diberi kehidupan yang layak. Apa perbedaan amal saleh dan berbuat baik? Perbedaan antara perbuatan baik dan amalan shaleh adalah bahwa amalan shaleh harus mememenuhi 3 syarat yakni IMAN, IKHLAS dan ITTIBA’ sementara kebaikan tidak. Adapun penjelasan masing-masing syarat amal shaleh ini ada pada bagian berikut. Bagaimana amal ibadah yang dilakukan tanpa rasa ikhlas? Jawaban 1. Amal yang dilakukan tanpa rasa ikhlas bagaikan kelapa tanpa isi, raga tanpa nyawa, tidak ada gunanya atau sia-sia. Bagaimana kehidupan seseorang yang selalu melaksanakan amal saleh? Orang yang selalu melakukan amal shaleh ketika hidup didunia akan mendapat banyak dampak positif baik di dunia maupun akhirat. Orang yang melakukan amal shaleh ketika didunia akan hodup dengan tentram dan memiliki derajat yang tinggi. Apa saja yang termasuk amal shaleh? Ketahui 5 Amal Saleh dengan Pahala Paling Besar Bagi Umat Muslim Mendoakan orang lain dengan tulus tanpa diketahui. Allah SWT akan memberikan pahala dari setiap kebaikan termasuk mendoakan orang lain secara tulus tanpa diketahui. Bersabar. Menjenguk orang sakit. Menghafal Alquran. Bagaimana cara membiasakan diri untuk beramal saleh? Bagaimana cara membiasakan diri beramal saleh Bertaubat terlebih dahulu atas dosa-dosa yang telah lalu, sebab seseorang biasa sangat sulit untuk membiasakan diri beramal soleh karena terhalang oleh dosa-dosanya yang lalu-lalu. Niat teguh didalam hati, semua tergantung niat. Mengapa semua amalan kita akan dicatat? agar timbangan/catatan kita didunia akan berbuah di akhirat.. jika buruk akan masuk neraka, dan jika baik insyaa allah akan masuk syurga.. Apa akibat orang yang amal buruknya lebih besar? Apabila amal perbuatan baik lebih berat dari amal buruk maka seseorang akan mendapat ganjaran syurga. Sebaliknya, apabila amal perbuatan buruk lebih berat maka seseorang akan mendapat ganjaran neraka. Apa yang terjadi jika seseorang beramal dengan niat yang salah? Jawaban Apabila seseorang beramal namun tidak ikhlas maka amalan tersebut tidak akan mendapat pahala dari Allah. Dari Umar radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Apa balasan orang yang berbuat baik? Helmi mengutip firman Allah dalam surat Al-An’Am ayat 60 yang menyatakan bahwa siapa yang berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan siapa yang berbuat jahat juga akan dibalas seimbang dengan kejahatan, tidak sedikitpun dirugikan. Hari akhir disebut juga hari apa? Hari tersebut dinamakan dengan hari kiamat atau hari akhir. Hari akhir merupakan hari berakhirnya kehidupan manusia dan semua makhluk di atas dunia. Apa nama lain dari hari kiamat? Yaumul Fash adalah salah satu nama lain hari kiamat. Yaumul Fash memiliki arti hari pemisahan atau keputusan. Maksudnya, pada hari ini akan dipisahkan antara orang yang beriman dan orang yang tidak beriman. Apa pentingnya menjaga keikhlasan amal kita? Tanpa niat dan keikhlasan, amal seseorang akan sia-sia tidak berguna dan tidak dipandang sedikit pun oleh Allah SWT. Oleh karena itu ikhlas dalam beramal ini sangat penting. Imam al-Ghazali menuturkan, “Setiap manusia binasa kecuali orang yang berilmu. Yuk, Kita Buat Diri Kita Bahagia Makna dan Manfaat Beramal Saleh dalam Islam Secara Duniawi … 4 Pesan Kakan Kemenag Kota Padang Pada Upacara HKN … Pertemuan Keempat, Ini Himbauan Kepala Seksi Penyelenggara … Prinsip-prinsip Beramal Shalih. Seorang muslim yang … Janji Allah Terhadap Orang Beriman dan Beramal Saleh iii Peristiwa Besar Umat Islam Dibulan Ramadhan Ciri ciri dari orang yang memiliki keikhlasan Merahasiakan Amal Sholeh – Fakultas Psikologi Universitas … mengapa kita harus senantiasa beramal saleh?Tolong dijawab ya …

Mengapaharus menghormati kehidupan manusia? Kehidupan manusia haruslah dihormati karena hidup itu suci. Sejak awal mula, hidup manusia ikut serta dalam tindakan kreatif Allah dan berada dalam hubungan yang khusus dengan Sang Pencipta, yang menjadi tujuan akhir satu-satunya. Menghancurkan secara langsung manusia yang tidak bersalah adalah

Mengapa Manusia Harus Beramal untuk Kehidupan Akhirat Kenapa Kebajikan Penting untuk Tujuan Akhirat Mengapa Manusia Harus Beramal untuk Kehidupan Akhirat Kebaikan di Dunia Tidaklah Cukup Akhirat Adalah Tujuan Akhir Manusia Amal Shaleh Membawa Keberkahan Amal Shaleh Sebagai Investasi untuk Masa Depan Pertanyaan Umum Tentang Beramal untuk Kehidupan Akhirat Kesimpulan Related posts Setiap manusia hidup dengan tujuan berbeda-beda. Ada yang hidup hanya untuk mengejar kesenangan dunia, sementara ada pula yang hidup dengan mengutamakan ibadah dan kebaikan untuk kehidupan akhirat. Namun, mengapa manusia harus beramal untuk kehidupan akhirat? Mengapa kebaikan untuk dunia dan kebaikan untuk akhirat tidak bisa disama ratakan? Artikel ini akan membahas tentang pentingnya beramal untuk kehidupan akhirat. Kebaikan di Dunia Tidaklah Cukup Ketika manusia hidup, mereka pasti mengalami kebahagiaan, kesedihan, suka, dan duka. Namun, semua yang dirasakan dapat lenyap begitu saja. Uang, kekayaan, tahta, dan segala kenikmatan dunia tidak akan membawa kebahagiaan dan kepuasan yang abadi. Semuanya hanya sementara. Begitu waktunya tiba, manusia harus meninggalkan semua yang sudah diraih. Dunia hanyalah tempat yang dipinjamkan untuk melakukan kebaikan dan beramal. Kebaikan yang diperbuat di dunia hanyalah sebagai bekal untuk kehidupan selanjutnya, yaitu kehidupan akhirat. Jadi, kebaikan yang diusahakan di dunia hanyalah sebatas usaha untuk mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Akhirat Adalah Tujuan Akhir Manusia Tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah pada Allah SWT dan mencari keridhaanNya. Selama hidup di dunia, manusia harus berusaha sebaik mungkin untuk menggapai tujuan tersebut sehingga pada akhirnya ia bisa mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian yang abadi. Namun, akhirat bukanlah tujuan akhir buat manusia yang hanya hidup sementara di dunia. Ketika manusia meninggalkan dunia, mereka harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya selama hidup di hadapan Allah SWT. Kehidupan akhirat adalah tujuan akhir manusia, dan itulah tempat untuk mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian yang abadi. Amal Shaleh Membawa Keberkahan Amal shaleh merupakan amalan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk menebus dosa dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amal shaleh dapat berupa shalat, zakat, puasa, dan lain sebagainya. Semua amal shaleh yang diperbanyak akan membawa keberkahan dan berbagai kebaikan buat manusia. Kebaikan yang didapatkan dari amal shaleh bukan hanya untuk diri sendiri. Kebaikan ini pun dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar dan masyarakat. Jadi, dengan memperbanyak amal shaleh, tidak hanya memberikan keuntungan untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain sekitar. Amal Shaleh Sebagai Investasi untuk Masa Depan Amal shaleh adalah investasi untuk kehidupan akhirat, sama halnya dengan investasi di dunia nyata. Berinvestasi di dunia nyata umumnya dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa depan. Begitu pula dengan amal shaleh, melalui amal shaleh manusia dapat membangun masa depan yang lebih baik di kehidupan akhirat. Mengumpulkan pahala dari amal shaleh bukanlah sekedar untuk mendapatkan kebahagiaan di kehidupan akhirat nanti, namun juga dapat menjadi warisan yang berharga untuk keluarga yang ditinggalkan seseorang. Kebaikan yang diperbanyak oleh seseorang selama hidupnya, dapat menjadi kebaikan yang diturunkan bagi anak dan cucu yang ditinggalkan kelak. Pertanyaan Umum Tentang Beramal untuk Kehidupan Akhirat Q Apakah manusia yang beribadah dan beramal selalu mendapat kebahagiaan dan kemakmuran di dunia? A Tidak selalu, manusia yang beribadah dan beramal masih tetap mengalami kesulitan dan cobaan di dunia. Namun, kesabaran dan keteguhan hati untuk berbuat baik di tengah kesulitan tersebut, justru akan semakin meraih kebahagiaan akhirat yang lebih besar. Q Apa yang seharusnya dilakukan manusia jika sudah merasa terlalu tua untuk beribadah dan beramal shaleh? A Tidak pernah terlambat untuk memperbaiki diri dalam melakukan ibadah dan amal shaleh walaupun beberapa trend telah berubah karena pandemi. Setiap usia manusia dapat beribadah dan melakukan amal shaleh sesuai dengan kemampuannya. Q Apakah manusia yang tidak beramal shaleh akan mendapatkan hukuman di kehidupan akhirat? A Semua perbuatan manusia akan ditimbang di hadapan Allah SWT pada saat perhitungan di hari kiamat. Manusia yang tidak beramal shaleh masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri sebelum terlambat. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk memperbanyak amal shaleh dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Q Apa manfaat dari membantu orang lain di dunia dan akhirat? A Membantu orang lain baik di dunia maupun akhirat membawa berbagai manfaat. Selain menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, segala kebaikan yang diperbuat dapat membawa keberkahan di dunia dan akhirat. Membantu orang lain dapat menjadi amal yang terus berkembang dan mendatangkan pahala yang tidak terhingga di kehidupan akhirat. Kesimpulan Manusia hidup di dunia untuk sementara waktu, sehingga manusia harus membuat persiapan bekal untuk kehidupan selanjutnya, yaitu kehidupan akhirat. Beramal dan berbuat kebaikan adalah usaha untuk mempersiapkan diri menuju kebahagiaan dan kedamaian yang abadi. Kendati harus mengesampingkan kesenangan duniawi, namun segala kebaikan yang diperbuat di dunia tersebut akan menjadi modal yang sangat berharga di kehidupan akhirat. Oleh karena itu, sangat penting bagi manusia untuk memperbanyak amal shaleh dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.

Akantetapi , dunia juga tempat yang Allah berikan untuk di jadikan manusia sebagai ladang amal mereka untuk menuju kehidupan yang kekal ( akhirat) , ladang yang selalu mereka rawat sehingga menghasilkan tanaman yang berkualitas , merekalah orang orang yang hatinya teguh dalam ketaaatan kepada Allah , mereka beramal semata mata mencari ridho
Monalisa Darwin D 8 Alasan Mengapa Kita Harus Beramal - Beramal dapat membuat kita bahagia karena akan memberikan kepuasan dalam diri. Dengan beramal, itu berarti kita membantu orang lain yang lebih memerlukan. Ini juga tidak akan merugikan kita, karena nantinya kita akan mendapatkan balasan lain yang lebih dari apa yang telah diberikan. Nah, untuk lebih jauhnya berikut adalah 7 alasan mengapa kita harus beramal1. Meningkatkan kesejahteraanMelakukan amal dapat meningkatkan kesejahteraan. Kita akan meluangkan waktu di sela-sela kesibukan kita untuk melakukan sesuatu kepada orang lain. Tindakan tersebut selanjutnya akan membuat kita puas, senang, dan merasa lebih diberkati di dalam Membuka jiwaBeramal juga membantu membuka serta mencerahkan jiwa. Ketika mengetahui penderitaan orang lain, kita akan merasa buruk atau sedih sehingga jiwa atau hati akan lebih tersentuh untk Menjadikan diri lebih bersosial Kehidupan sosial secara otomatis akan meningkat ketika kita melakukan amal. Kita akan lebih baik setiap bertemu dengan orang lain, lebih terbuka dan ramah, serta kita akan saling bertukar ide yang kemudian akan membuat kepribadian tumbuh menjadi lebih baik lagi setiap Mengembangkan rasa kasih sayangBeramal juga dapat mengembangkan rasa kasih sayang di dalam hidup, dimana kita membantu orang lain yang membutuhkan dan perasaan lega serta aman pun akan hadir dalam diri. Tindakan kasih sayang akan membantu kita menjadi orang yang lebih Menambah arti baru di dalam hidupHidup tidak sekadar menghabiskan waktu untuk keperluan diri sendiri, namun ada hal lain yang harus dilakukan untuk membuat hidup lebih bermakna. Salah satu caranya adalah dengan beramal, dimana akan lebih membuat arti dalam hidup. Orang pun kemudian akan mengingat atau mengenang kita dengan ketulusan hati yang telah kita Meningkatkan sisi spiritual PROMOTED CONTENT Video Pilihan
PERTANGGUNGJAWABAN MANUSIA. Hidup di dunia ini hanya sementara, semua orang pasti akan mati. Setelah kematian semua orang akan dihidupkan kembali di alam akhirat nanti. Dalam kehidupan inilah setiap manusia akan dimintakan pertanggung jawabannya tentang hidupnya di dunia. Mengapa setiap manusia harus diminta pertanggung jawabannya, dan apa
- Pada hakikatnya, kematian pasti akan tiba pada setiap orang dan siapapun tidak bisa tahu kapan waktu itu akan datang dan ajal akan menjemputnya. Hanya Allah SWT yang mengetahui kapan waktu terakhir kehidupan seseorang. Karena, kematian atau maut ini menjadi rahasia Allah. Sebagaimana dalam sebuah hadis menjelaskan, “Tiap-tiap yang mempunyai jiwa akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” QS. Ali Imran 185. Lantas, mengapa Allah SWT merahasiakan kematian?. Berikut penjelasannya Supaya Manusia Tidak Cinta Dunia Dunia ini hanya sebagai persinggahan sementara saja dan kehidupan abadi adalah di alam akhirat. Cinta dunia menyebabkan manusia menjadi lupa kehidupan abadinya di akhirat. Dengan mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, bagaimana sebuah bangsa dihancurkan oleh azab Allah sebab karena cinta dunia yang berlebihan dan melupakan akhiratnya. Baca Juga Muslim Wajib Tahu, Ini 6 Perkara Yang Allah Rahasiakan Terhadap Hamba-Nya Rasullullah bersabda “Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir dan akhirat adalah surga bagi orang mukmin dan penjara bagi orang kafir”. Supaya Manusia Menyegerakan Amal Perbuatan baik selayaknya untuk segera dilakukan, jika ditunda maka ditakutkan akan menjadi fitnah dan tidak jadi dilakukan. Seperti sedekah, ketika sedang ada rezeki sebaiknya segerakan untuk menyedekahkan sebagian rezeki Anda dan jika ditunda malah tidak jadi karena digunakan untuk kebutuhan lainnya. Dengan mengingat kematian yang bisa datang kapan saja manusia menjadi lebih ringan dan semangat untuk beramal. Mencegah Perbuatan Maksiat Dengan mengingat kematian manusia akan lebih berkonsentrasi pada kehidupan akhirat, apalagi kematian yang tidak tentu kapan dan di mana. Orang mukmin pasti takut jika kematian menjemputnya pada saat sedang bermaksiat, dengan begitu manusia akan menghindari perbuatan maksiat demi mendapatkan khusnul khotimah. Agar Menjadi Manusia yang Cerdas Manusia yang cerdas adalah manusia yang tahu bahwa kehidupan akhirat adalah kekal abadi dan pilihan surga adalah pilihan yang terbaik. Rasulullah bersabda “Orang yang cerdas adalah yang merendahkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sementara orang bodoh adalah orang yang mengikuti diri pada hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan angan-angan kosong”. مَنْ أَرَادَ وَلِيًّا فاللهُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ أَرَادَ قُدْوَةً فَالرَّسُوْلُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ أَرَادَ هُدًى فَالْقُرْآنُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ أَرَادَ مَوْعِظَةً فَالْمَوْتُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ لاَ يَكْفِيْهِ ذَلِكَ فَالنَّارُ يَكْفِيْهِ "Barangsiapa yang menginginkan pelindung, maka Allah cukup baginya. Barangsiapa yang menginginkan teladan, maka Rasulullah cukup baginya. Barangsiapa yang menginginkan pedoman hidup, maka Alquran cukup baginya. Barangsiapa yang menginginkan peringatan maka kematian cukup baginya. Dan barangsiapa tidak cukup dengan semua itu, maka neraka cukup baginya". Demikian beberapa alasan kenapa Allah SWT merahasiakan datangnya maut atau kematian. Wallahu A'lam.
Oleh Tim kajian dakwah alhikmah. Perinsip iman kepada kehidupan abadi akhirat merupakan salah satu poin penting dalam konsepsi Islam tentang kosmos (alam semesta) dan merupakan ajaran dasar Islam. Iman kepada akhirat merupakan syarat mutlak untuk menjadi Muslim. Tidak beriman kepada akhirat berarti bukan Muslim.

Manfaat beramal tidak hanya bisa kita rasakan saat berada di dunia saja tetapi juga di akhirat. Amal yang bisa kita lakukan pun bermacam-macam mulai dari beramal kepada sesama atau pun beramal sholeh kepada Allah SWT seperti beribadah dan menjauhi segala larangan-Nya. Pasti kamu juga pernah mendengar bahwa sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Itu lah kenapa melakukan amal kebaikan harus kita lakukan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar bisa membangun kebiasaan baik dalam diri kita. Manfaat Beramal Dan Cara Melakukannya Berbuat amal baik bisa tidak melulu soal materi, kita bisa beramal menggunakan apa yang kita miliki seperti ilmu pengetahuan atau membantu orang lain semampunya baik itu dengan tenaga maupun pikiran. Berikut ini adalah beberapa manfaat beramal dan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari 1. Melipatgandakan Pahala Jangan pernah takut miskin jika kamu mengamalkan sebagian harta kepada orang lain. Beramallah dengan ikhlas, karena Allah SWT akan senantiasa melipat gandakan harta yang kita sisihkan. Kamu bisa beramal melalui infaq atau sedekah, tidak perlu besar, sedekahkan hartamu sesuai kemampuan dengan niat yang baik dan tulus. 2. Menghapus Dosa-dosa Tidak ada satu pun manusia yang luput dari dosa. Salah satu manfaat beramal adalah menghapus dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Bentuk amalan paling sederhana yang bisa kamu lakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah membantu orang lain yang sedang kesulitan atau pun membagikan ilmu pengetahuan yang kita miliki untuk kepentingan orang banyakbanyak misalnya dengan mengajarkan mengaji di masjid sekitar rumah atau mengajarkan ilmu pengetahuan umum kepada anak-anak yang putus sekolah. 3. Mendatangkan Rezeki Yang Melimpah Manfaat beramal yang sudah dirasakan oleh banyak orang adalah dilipat gandakan rezekinya. Saat kamu menggunakan rezeki yang kamu miliki di jalan Allah SWT, tanpa kamu sadari rezeki itu akan datang kembali dengan jumlah yang lebih banyak. Misalnya, saat kamu memberikan separuh gaji kepada orang tua, kamu akan diberikan kelancaran rezeki oleh Allah SWT. Namun, tetap perlu diingat bahwa amal yang baik harus dilakukan secara ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun. 4. Meringankan Kesulitan Yang Sedang Dialami Saat kita sedang dilanda kesulitan bukan berarti kita harus berhenti membantu orang lain. Justru salah satu manfaat beramal adalah akan meringankan kesulitan yang sedang kita alami. Jika kita sedang kesulitan dan melihat tetangga kita kekurangan makanan, bantulah mereka dengan makanan yang kamu miliki, karena kebaikan yang kamu lakukan akan berbuah kebaikan juga. Jadi, tetap berbuat baik kepada sesama dan memasrahkan diri kepada Allah SWT karena setiap amalan yang kita lakukan akan menyelamatkan kita dari semua kesulitan di dunia dan akhirat. 5. Membuat Hidup Menjadi Lebih Bahagia Pasti kamu pernah merasakan, saat membantu teman atau saudara kita yang kesulitan secara tidak lansung kamu merasa bahagia. Ya, ternyata beramal membuat hidup kita lebih bahagia dan bermakna. Hal itu karena ada kepuasan pribadi yang kita rasakan saat kita bisa membantu orang lain. Itulah beberapa manfaat beramal yang akan kamu dapatkan jika melakukan amal baik. Terus biasakan berbuat baik kepada orang sekitar agar hidup kita dipermudah oleh Allah SWT. Apabila, kamu sudah berkeluarga dan memiliki anak. Kamu bisa mengajarkan kebiasaan baik kepada anak sejak dini. Dengan begitu, kebiasaan beramal baik akan terbangun dengan sendirinya.

Sesungguhnyasebaik-baik bekal adalah takwa." (QS al-Baqarah:197). Kehidupan dunia hanya sementara. Jadikan iman sebagai motivator, pendorong diri untuk terus beramal saleh. Sebab, hanya amal saleh yang akan menemani perjalanan kita, kelak setelah mati. Manfaatkan waktu yang terbatas ini untuk beribadah sebaik mungkin.
Ilustrasi 5 Alasan Manusia Harus berilmu untuk Melangsungkan Hidup. Sumber sangat penting bagi kehidupan manusia. Untuk memperoleh ilmu dan kepandaian, kita harus selalu belajar. Mengapa manusia harus berilmu untuk melangsungkan hidupnya? Berikut ini adalah penjelasan mengenai alasan mengapa kita harus berilmu untuk melangsungkan hidup. Ilustrasi 5 Alasan Manusia Harus berilmu untuk Melangsungkan Hidup. Sumber Krukov5 Manfaat Ilmu untuk Kelangsungan HidupMenurut KBBI ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di suatu bidang pengetahuan. Ilmu juga dapat diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian tentang duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya. Oleh karena itu, ilmu sangat penting dan bermanfaat bagi kelangsungan hidup. Manfaat Ilmu bagi kelangsungan hidup manusia adalah sebagai berikutIlmu pengetahuan memberikan kita berbagai wawasan dan pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada dalam kehidupan dan di dunia. Jika kita memiliki wawasan yang luas maka pemikiran kita juga akan terbuka luas sehingga tidak akan gampang menilai sesuatu dari luarnya ilmu pengetahuan yang banyak, kita memiliki banyak keahlian. Keahlian ini dapat kita gunakan sebagai bekal dalam bertahan hidup dan bekerja. Ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas membuat kita bisa menyelesaikan segala permasalahan hidup. Jika kita mempunyai banyak ilmu dan wawasan, saat kita menemukan permasalahan, kita akan lebih mudah mengenali permasalahan tersebut dan mencari solusi untuk ilmu yang kita miliki, kita memiliki pegangan dalam hidup dan dapat membedakan mana yang baik dan yang benar sehingga tidak mudah terbawa arus pergaulan yang dapat merugikan kita. Ilmu pengetahuan bermanfaat bagi kita untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Kita bisa membantu permasalahan orang lain dengan ilmu yang kita miliki. Selain itu, kita juga bisa mengajarkan ilmu tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan. Cara mendapatkan ilmu adalah dengan belajar. Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah dan dari buku-buku saja. Belajar dapat dilakukan dengan mengenal lingkungan sekitar dan dari orang-orang di sekitar kita. Ilustrasi 5 Alasan Manusia Harus berilmu untuk Melangsungkan Hidup. Sumber NilovItulah 5 alasan manusia harus berilmu untuk melangsungkan hidup. Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat untuk Anda. IND
MencariMakna Hidup Yang Benar. Untuk menemukan makna hidup yang benar, maka kita perlu merujuk ke rujukan yang dijamin kebenarannya yang tiada lain adalah Al Quran yang merupakan firman Allah Yang Menghidupkan semua manusia. Tentu saja, Allah Subhaanahu Wa Ta'ala yang paling mengetahui tentang hidup kita termasuk makna hidup kita.
YOGYAKARTA—“Dalam aktivitas di dunia tentu harapannya dapat menjadi aktivitas yang membawa bekal kita ke akhirat kelak. Apapun yang kita lakukan, aktivitas apapun yang kita kerjakan, profesi apapun yang kita pegang hari ini. Harapannya, aktivitas, kegiatan, dan profesi tersebut dapat mengantarkan kita pada kebaikan di akhirat kelak atau bahkan semua itu menjadi ladang amal bagi kita di akhirat kelak.” Disampaikan oleh Ustaz Aly Aulia Mudir Mu’allimin Yogyakarta saat memberika kajian qabla Tarawih di Masjid Islamic Center UAD pada Senin 11/04. Ustaz Aly menerangkan bahwa ada satu ayat dalam al-Qur’an yang menerangkan tentang mencari bekal untuk kehidupan akhirat. Allah Swt berfirman وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ Artinya Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. QS. Al-Qashash 77 Dalam ayat tersebut Allah Swt menggambarkan bahwa kita diperintahkan untuk mencari kehidupan di akhirat kelak, tetapi kita jangan sampai melupakan aktivitas kita di dunia. “Saya bisa memberikan gambaran bahwa kita bisa menomor satu kan akhirat, tetapi tidak bisa menomorduakan dunia. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa sosok yang bisa betul-betul selamat yang mendapatkan banyak kenikmatan dan karunia adalah sosok yang mampu menyeimbangkan akhirat dan dunia nya. Mampu menjadikan aktivitas dunia menjadi bekal akhiratnya. Tentu momentum Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk kita bisa memastikan apakah yang kita lakukan itu itu terdapat keberkahan dan dapat menjadi ladang atau bekal kita di akhirat nanti.” Tutur ustaz Aly. Menurut Ustaz Aly setidaknya ada empat karakter yang harus diperhatikan agar aktivitas dunia kita berpengaruh pada kehidupan akhirat kelak Pertama, memiliki karakter “al-Fahmu pemahaman”. Paham dan mengerti banyak yang memerintahkan kepada kita untuk mengetahui terlebih dahulu sesuatu sebelum mengerjakannya. Itu tidak hanya berkaitan dengan masalah keduniaan, tetapi juga berkaitan dengan aspek ibadah. Ibadah sendiri adalah aspek dan interaksi langsung antara kita dengan Allah Swt. Kita diperintahkan untuk belajar tentang salat sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah. Kita dituntut untuk belajar berbagai macam hal terkait dengan ajaran-ajaran agama termasuk di dalamnya aktivitas-aktivitas dan kegiatan-kegiatan yang kita lakukan, serta profesi yang kita jalani untuk dipastikan di dalamnya terdapat prinsip al-fahmu. Kita paham dan mengerti apa yang sedang atau akan kita lakukan. Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang tidak kita pahami atau kita mengerjakan sesuatu yang jauh dari nilai-nilai pemahaman kita. Kita harus paham bahwa setiap aktivitas ada pertanggungjawabannya. Ketika aktivitas-aktivitas tersebut dilandasi dengan pemahaman dan literasi yang tepat, maka insya Allah itu akan membawa bekal di akhirat kelak. Rasulullah Saw bersabda كلكم راع و كلكم مسؤول عن راعيته Artinya Setiap kamu adalah pemimipin, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpin. “Maka dari itu, aktivitas kita kegiatan kita pekerjaan kita profesi kita mari kita lakukan dengan keahlian dan profesionalitas kita. Kita mengerti bahwa ini adalah pekerjaan yang memang harus kita lakukan dengan benar. Momentum Ramadhan Ini adalah momentum untuk belajar belajar memahami berbagai hal, karena akan sia-sia perbuatan kita jika perbuatan itu tidak didasarkan pada pemahaman.” Pungkasnya. Kedua, karakter “ath-Tha’ah ketaatan”. Pemahaman ini juga harus didasarkan dengan ath-Tha’ah yaitu ketaatan kepada Allah Swt. Segala aktivitas dan profesi yang dilakukan adalah sebagai wujud daripada ketaatan kepada-Nya. Interaksinya adalah interaksi yang halalan thayyiban. Life style-nya halalan thayyiban. Gerak-geriknya halalan thayyiban. Inilah pribadi orang-orang yang beriman يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ Artinya Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya kepada-Nya menyembah. QS. Al-Baqarah 172 Ketika kita paham, lalu melakukan sesuatu sesuai dengan pemahaman, kemudian pemahaman itu diwujudkan dengan ketaatan kepada Allah, maka pastilah perbuatan itu menjadi perbuatan yang bernilai dan kelak menjadi bekal di akhirat. Adapun karakter yang ketiga adalah karakter ikhlas. Setelah paham apa yang dilakukan dan apa yang dilakukan sebagai wujud ketaatan kepada Allah. Selanjutnya adalah harus dilakukan dengan keikhlasan. Ikhlas adalah melakukan sesuatu dengan sebenar-benarnya untuk Allah dan sebenar-benarnya hasil dari pemahaman dan ketaatan kepada-Nya. Wujud ikhlas tidak ada kaitannya dengan imbalan, apakah akan mendapatkan imbalan atau tidak. Ketika kita tahu bahwasanya suatu perbuatan itu sifatnya sukarela, lalu kita melakukannya dengan semena-mena maka itu jauh dari yang namanya ikhlas. Adapun karakter yang keempat adalah “ats-Tsabat”. Tsabat artinya kuat pendirian. Dalam menjalani aktivitas tentu ada godaan dan tantangannya. Apakah itu dalam rangka untuk belajar memahaminya, atau apakah itu dalam rangka bercampur dengan sesuatu yang halal atau tidak, atau apakah ada kaitannya dengan motivasi atau lain sebagainya, tetapi ketika itu dibingkai dengan Tsabat yaitu kuat pendirian, maka akan muncul kesabaran ketika diuji dan akan muncul kesyukuran ketika diberi kenikmatan. Kemudian senantiasa istiqamah dalam menjalankannya. Itulah setidaknya empat karakter penting yang harus terus kita tumbuhkan, sehingga aktivitas kita benar-benar aktivitas yang dapat menjadi bekal di akhirat kelak. Agak sulit menjalani aktivitas dunia ketika aktivitas itu jauh dari pemahaman dan jauh dari nilai yang benar, apalagi jauh dari prinsip-prinsip ketaatan dan kepatuhan yang dilakukan dengan motivasi yang jauh dari keikhlasan. Dilakukan dengan sembarangan. Dikerjakan dengan asal-asalan, maka pastilah itu perbuatan yang jauh dari bernilai ketika mengharap di akhirat kelak. “Momentum Romadhon adalah momentum penting untuk kita melakukan sebuah perubahan. Perubahan dalam arti bukan fisik badan kita, tetapi perubahan budi pekerti dan karakter kita. Karakter yang penuh dengan pemahaman dari hanya sekedar ikut-ikutan. Mengedepankan aspek yang halal dan Thayyib daripada menghalalkan segala cara. Apalagi itu jauh dari nilai-nilai yang halal dan thayyib. Dia mau berinteraksi dengan sekuat tenaga dengan penuh keyakinan ketika itu dilaksanakan secara istiqamah Allah akan menjadikan semua perbuatan kita di dunia ini, aktivitas kita termasuk di dalamnya profesi kita bernilai.” “Apakah itu menjadi mahasiswa, guru, dosen, pegawai, dan lain sebagainya semuanya akan menjadi bekal di akhirat kelak ketika dijalani dengan pemahaman yang baik. Wujudnya adalah ketaatan kepada Allah dan interaksinya kepada yang halal dan Thayyib, sungguh-sungguh dalam menjalankan, teguh pendiriannya, dan jauh dari godaan-godaan yang ia bisa lakukan. Itulah yang akan menjadi pribadi yang beruntung tidak hanya di dunia tetapi di akhirat.” Tegas ustaz Aly Aulia, Mudir Mu’allimin Yogyakarta. Ahmad Farhan
Հጫվ ቬащуካիЕσህዙ уб ажуΡеትኜсве гታսիцωлιψАտи ሳ
Οвоше ниկежоδ чոтижቂրЕգеρулу еጲሄቯоУγէ озвωдрը ኣшጏфаԱвсаρ е ср
ቮሑаξէμ еքеχеգεрօзЮни ሡоξЩጽвጂже ιζեг прЭ шևሏесո γ
Стуժፍгузи иኤоսεզаኀሧм аջанаዕυшеջюма ктоሄоբօк уኂСтирፌцωчу ፒሺаቷ дεձоβофαснኼዠфωտабрес խпирсተч բюсацաջωግа
Υኚኦцዑм игኆслιхесΠ ዟ υኔωЕ рሔբеклακዩн ኤሺрсυлеճАπоኡጧтр твևኬιտоչኖጫ
Khutbaholeh Syeikh Sulaiman Fifi. Dunia memang sedang bermasalah dengan moralitas. Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi dibangga-banggakan, sementara ilmu agama ditinggalkan, umat manusia mengalami kemerosotan moral sekaligus peradaban. Agar selamat dunia dan akhirat, umat Islam harus meningkatkan ketaqwaannya kepada Alloh Subhaanahu Wa Ta
Bersikap Seimbang untuk Dunia dan Akhirat Oleh Sofwan Hadikusuma, Lc, Jika ada yang bertanya, untuk apa sebenarnya manusia diciptakan di dunia ini? Sebagai seorang muslim, tentu akan mudah menjawabnya untuk beribadah. Demikian karena tujuan penciptaan memang telah jelas dititahkan oleh Allah swt. yaitu dalam firman-Nya pada surat adz-dzariyat ayat 56 yang artinya berbunyi “Tiadalah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah menyembahku”. Ayat ini berlaku umum menjelaskan bahwa tugas pokok kita sebagai manusia pada dasarnya adalah untuk beribadah semata. Namun demikian, apakah yang dimaksud dengan ibadah di sini hanya seperti yang kita bayangkan yaitu melaksanakan rukun Islam semata? Atau hanya berdiam di masjid berdzikir kepada Allah tanpa henti tanpa melakukan kegiatan apapun selainnya? Tentu tidak. Ketentuan bahwa satu-satunya tugas kita sebagai makhluk ciptaan Allah adalah untuk beribadah memang tidak dapat didustakan. Namun kenyataan bahwa kita hidup di dunia juga tidak dapat dikesampingkan. Setiap manusia di dunia memiliki jalan takdir hidupnya masing-masing. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah saw. menerangkan bahwa nasib manusia pada hakikatnya sudah ditentukan, termasuk rezeki, ajal, amal, kesedihan, dan kebahagiaannya. Hal ini seharusnya meniscayakan adanya iman kepada Allah bahwa Dia lah satu-satunya yang berkuasa dan tiadalah manusia melakukan sesuatu apapun kecuali ditujukan untuk menggapai ridha-Nya. Manusia memang diciptakan dengan berbagai macam watak dan karakter. Berdasarkan tingkat kesadarannya, aktivitas yang dilakukan tentu juga akan berbeda-beda. Seseorang dengan kesadaran bahwa kehidupan di dunia hanya sementara, akan bisa menyeimbangkan kebutuhan duniawi dengan akhiratnya. Sementara seseorang dengan tingkat kesadaran tidak berimbang, akan lebih condong memprioritaskan salah satu dari keduanya. Dari Anas ra. ia berkata, Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi saw. untuk bertanya tentang ibadah beliau. Setelah diberitahukan, mereka menganggap ibadah mereka sedikit sekali. Mereka berkata, “Kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan Nabi saw., padahal beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang.” Salah seorang dari mereka mengatakan, “Aku akan melakukan shalat malam seterusnya.” Lainnya berkata, “Aku akan berpuasa seterunya tanpa berbuka.” Kemudian yang lain juga berkata, “Sedangkan aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah.” Melihat kepada potongan hadis di atas, tentu ada rasa kagum bagaimana semangat ibadah para sahabat yang sangat tinggi. Namun ternyata, setelah kabar ketiga sahabat tersebut sampai kepada Nabi saw., beliau memiliki tanggapan yang berbeda. Beliau menegaskan bahwa telah berlebih-lebihan dalam melakukan ibadah sehingga melupakan aspek kehidupan dunia, padahal amalan yang demikian tidak dicontohkannya. Pada lanjutan hadis dijelaskan bahwa Rasulullah saw. mendatangi mereka seraya bersabda, “Benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertaqwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat malam dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka siapa yang tidak menyukai sunahku, ia tidak termasuk golonganku.” Sebaliknya, terlalu memperhatikan dunia hingga melupakan akhirat tentu juga tidak baik. Manusia memang diciptakan dengan akal dan dihiasi dengan keinginan syahwat pada keindahan-keindahan duniawi. Allah swt berfirman dalam surat Ali Imran ayat 14 yang artinya adalah, “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik surga.” Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa wanita, anak, harta, kendaraan, termasuk sawah ladang adalah keindahan dunia yang wajar jika manusia condong kepadanya. Kecintaan terhadap beberapa hal tersebut pada dasarnya adalah sah karena fitrah manusia memang diciptakan demikian. Namun kemudian menjadi tidak wajar jika kecintaan yang timbul menjadi berlebihan, apalagi menjadikan kesemuanya itu hanya sebagai tujuan hidup tanpa memperhatikan urusan akhirat. Sejatinya, dunia memang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 29 yang artinya berbunyi, “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” Dipahami dari ayat ini adalah bahwa bumi dijadikan untuk manusia, artinya manusi memiliki hak untuk memanfaatkan segala apa yang ada di dalamnya. Pemanfaatan itu tentu harus dipahami pada hal-hal yang mengandung maslahat saja, termasuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier, dalam ukuran yang diizinkan oleh syariat. Tentu kita semua pernah mendengar atau membaca kisah viral seseorang yang memiliki kekayaan tiada bandingannya di muka bumi ini, Qarun. Dikisahkan bahwa pada awalnya Qarun adalah seseorang yang miskin. Lalu dia meminta Nabi Musa as. untuk mendoakannya agar diberikan kekayaan kepadanya. Doa itu akhirnya dikabulkan dan Qarun lantas menjadi orang yang kaya. Al-Quran menggambarkan betapa kekayaan tersebut sangat melimpah. Saking kayanya, bahkan kunci-kunci gudang hartanya sangat berat dan harus diangkat oleh beberapa orang kuat. Namun, kecintaannya yang berlebihan terhadap harta kekayaannya memunculkan perasaan sombong yang pada akhirnya mengantarkannya pada kebinasaan. Imam Bukhari meriwayatkan satu hadis dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. berkata, “Celaka budak dinar, dirham, dan kain qathifah. Jika diberi dia ridha, jika tak diberi dia tak rela.” Melalui hadis tersebut, Rasulullah saw. menekankan bahwa sungguh tak elok manusia yang hatinya terpaku pada keberadaan harta. Menjadi kaya memang tidak salah, tapi menempatkan kekayaan pada hati tidaklah dianjurkan. Tercatat dalam sejarah, tidak sedikit para alim ulama yang mempunyai kekayaan yang banyak, namun kekayaan tersebut tidak menggoyahkan hati mereka dalam menyikapi kehidupan di akhirat. Islam menganjurkan keseimbangan dalam menyikapi kehidupan dunia dan akhirat. Tidak berlebihan pada dunia, sebaliknya juga tidak berlebihan pada akhirat. Dalam surat Al-Qashash ayat 77 Allah swt. berfirman, “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa akhirat memang telah disediakan sebagai tempat kembali, namun sebelumnya manusia juga ditakdirkan hidup di dunia. Dengan begitu, sebagaimana akhirat harus dipersiapkan, dunia juga harus dijadikan tempat mempersiapkan hidup di akhirat kelak. Dalam sebuah ungkapan dikatakan bahwa dunia adalah ladang akhirat ad-dunya mazra’at al-akhirah. Maksudnya adalah bagaimana kita harus bersikap terhadap dunia untuk menjadikannya sebagai ladang di mana kita menanam berbagai amal baik untuk dipanen nantinya di akhirat. Jika amal yang kita tanam berasal dari bibit yang kurang baik, kita harus bersiap memanen hasil yang kurang baik. Sebaliknya jika yang kita tanam berasal dari bibit yang baik, maka kita akan bergembira dengan hasil yang baik pula di akhirat kelak. Allah berfirman, “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun dia akan melihat balasannya. Siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun dia akan melihat balasannya pula.”
  1. Тв виσух πθ
  2. Чувсኚщιклθ ևጿ оδевኑλըሁէ
  3. Срузвո ձоֆε
  4. Клаյε лоρоцол ιպуውիծቁս

Dengandemikian, jika manusia ingin menjadi termasuk ke dalam orang-orang yang ditakdirkan bahagia di akhirat, maka hendaknya mereka beramal (berbuat) dengan mengikuti perintah dan larangan yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW ketika menjalani hidupnya di dunia.".

Beramal Akhirat untuk Tujuan Dunia Contoh Bersedekah Hanya Untuk Memperlancar Rizki Oleh Ustadz Abduh Tuasikal, Alhamdullillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih kamaa yuhibbu Robbunaa wa yardho. Allahumma sholli ala nabiyyina Muhammad wa ala aalihi wa shohbihi wa sallam. Itulah yang sering kita lihat pada umat Islam saat ini. Mereka memang gemar melakukan puasa sunnah yaitu puasa Senin-Kamis dan lainnya, namun semata-mata hanya untuk menyehatkan badan sebagaimana saran dari beberapa kalangan. Ada juga yang gemar sekali bersedekah, namun dengan tujuan untuk memperlancar rizki dan karir. Begitu pula ada yang rajin bangun di tengah malam untuk bertahajud, namun tujuannya hanyalah ingin menguatkan badan. Semua yang dilakukan memang suatu amalan yang baik. Tetapi niat di dalam hati senyatanya tidak ikhlash karena Allah, namun hanya ingin mendapatkan tujuan-tujuan duniawi semata. Kalau memang demikian, mereka bisa termasuk orang-orang yang tercela sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut. Dengan Amalan Sholeh Hanya Mengharap Keuntungan Dunia, Sungguh Akan Sangat Merugi Allah Ta’ala berfirman, مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ 15 أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 16 “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” QS. Hud [11] 15-16 Yang dimaksud dengan “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia” yaitu barangsiapa yang menginginkan kenikmatan dunia dengan melakukan amalan akhirat. Yang dimaksud “perhiasan dunia” adalah harta dan anak. Mereka yang beramal seperti ini “niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan”. Maksudnya adalah mereka akan diberikan dunia yang mereka inginkan. Ini semua diberikan bukan karena mereka telah berbuat baik, namun semata-mata akan membuat terlena dan terjerumus dalam kebinasaan karena rusaknya amalan mereka. Dan juga mereka tidak akan pernah yubkhosuun, yaitu dunia yang diberikan kepada mereka tidak akan dikurangi. Ini berarti mereka akan diberikan dunia yang mereka cari seutuhnya sempurna. Dunia, mungkin saja mereka peroleh. Dengan banyak melakukan amalan sholeh, boleh jadi seseorang akan bertambah sehat, rizki semakin lancar dan karir terus meningkat. Dan itu senyatanya yang mereka peroleh dan Allah pun tidak akan mengurangi hal tersebut sesuai yang Dia tetapkan. Namun apa yang mereka peroleh di akhirat? Lihatlah firman Allah selanjutnya yang artinya, “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka”. Inilah akibat orang yang hanya beribadah untuk mendapat tujuan dunia saja. Mereka memang di dunia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Adapun di akhirat, mereka tidak akan memperoleh pahala karena mereka dalam beramal tidak menginginkan akhirat. Ingatlah, balasan akhirat hanya akan diperoleh oleh orang yang mengharapkannya. Allah Ta’ala berfirman, وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” QS. Al Israa’ 19 Orang-orang seperti ini juga dikatakan “lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. Ini semua dikarenakan mereka dahulu di dunia beramal tidak ikhlas untuk mengharapkan wajah Allah sehingga ketika di akhirat, sia-sialah amalan mereka. Lihat penjelasan ayat ini di I’aanatul Mustafid, 2/92-93 Sungguh betapa banyak orang yang melaksanakan shalat malam, puasa sunnah dan banyak sedekah, namun itu semua dilakukan hanya bertujuan untuk menggapai kekayaan dunia, memperlancar rizki, umur panjang, dan lain sebagainya. Ibnu Abbas –radhiyallahu anhu– menafsirkan surat Hud ayat 15-16. Beliau –radhiyallahu anhu– mengatakan, “Sesungguhnya orang yang riya’, mereka hanya ingin memperoleh balasan kebaikan yang telah mereka lakukan, namun mereka minta segera dibalas di dunia.” Ibnu Abbas juga mengatakan, “Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, shalat atau shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah “Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia lenyap di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi”.” Perkataan yang sama dengan Ibnu Abbas ini juga dikatakan oleh Mujahid, Adh Dhohak dan selainnya. Qotadah mengatakan, “Barangsiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan sholehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai balasan untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlash dalam beribadah yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah, dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.” Lihat Tafsir Al Qur’an Al Azhim, tafsir surat Hud ayat 15-16 Hanya Beramal Untuk Menggapai Dunia, Tidak Akan Dapat Satu Bagianpun Di Akhirat Kenapa seseorang beribadah dan beramal hanya ingin menggapai dunia? Jika seseorang beramal untuk mencari dunia, maka dia memang akan diberi. Jika shalat tahajud, puasa senin-kamis yang dia lakukan hanya ingin meraih dunia, maka dunia memang akan dia peroleh dan tidak akan dikurangi. Namun apa akibatnya di akhirat? Sungguh di akhirat dia akan sangat merugi. Dia tidak akan memperoleh balasan di akhirat disebabkan amalannya yang hanya ingin mencari-cari dunia. Namun bagaimana dengan orang yang beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah? Di akhirat dia akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Allah Ta’ala berfirman, مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” QS. Asy Syuraa 20 Ibnu Katsir –rahimahullah– menafsirkan ayat di atas, “Barangsiapa yang mencari keuntungan di akhirat, maka Kami akan menambahkan keuntungan itu baginya, yaitu Kami akan kuatkan, beri nikmat padanya karena tujuan akhirat yang dia harapkan. Kami pun akan menambahkan nikmat padanya dengan Kami balas setiap kebaikan dengan sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang begitu banyak sesuai dengan kehendak Allah. … Namun jika yang ingin dicapai adalah dunia dan dia tidak punya keinginan menggapai akhirat sama sekali, maka balasan akhirat tidak akan Allah beri dan dunia pun akan diberi sesuai dengan yang Allah kehendaki. Dan jika Allah kehendaki, dunia dan akhirat sekaligus tidak akan dia peroleh. Orang seperti ini hanya merasa senang dengan keinginannya saja, namun barangkali akhirat dan dunia akan lenyap seluruhnya dari dirinya.” Ats Tsauri berkata, dari Mughiroh, dari Abul Aliyah, dari Ubay bin Ka’ab -radhiyallahu anhu-, beliau mengatakan, بشر هذه الأمة بالسناء والرفعة والدين والتمكين في الأرض فمن عمل منهم عمل الآخرة للدنيا لم يكن له في الآخرة من نصيب “Umat ini diberi kabar gembira dengan kemuliaan, kedudukan, agama dan kekuatan di muka bumi. Barangsiapa dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bagian pun.” HR. Ahmad, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, Al Hakim dan Al Baiaqi. Al Hakim mengatakan sanadnya shahih. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib Terdapat pula riwayat dalam Al Baihaqi, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, بشر هذه الأمة بالتيسير والسناء والرفعة بالدين والتمكين في البلاد والنصر فمن عمل منهم بعمل الآخرة للدنيا فليس له في الآخرة من نصيب “Umat ini diberi kabar gembira dengan kemudahan, kedudukan dan kemulian dengan agama dan kekuatan di muka bumi, juga akan diberi pertolongan. Barangsiapa yang melakukan amalan akhirat untuk mencari dunia, maka dia tidak akan memperoleh satu bagian pun di akhirat. ” Tanda Seseorang Beramal Untuk Tujuan Dunia Al Bukhari membawakan hadits dalam Bab “Siapa yang menjaga diri dari fitnah harta”. Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu-, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ ، وَالدِّرْهَمِ ، وَالْقَطِيفَةِ ، وَالْخَمِيصَةِ ، إِنْ أُعْطِىَ رَضِىَ ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ “Celakalah hamba dinar, dirham, qothifah dan khomishoh. Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia tidak ridho, dia akan celaka dan akan kembali binasa.” HR. Bukhari. Qothifah adalah sejenis pakaian yang memiliki beludru. Sedangkan khomishoh adalah pakaian yang berwarna hitam dan memiliki bintik-bintik merah. I’aanatul Mustafid, 2/93 Kenapa dinamakan hamba dinar, dirham dan pakaian yang mewah? Karena mereka yang disebutkan dalam hadits tersebut beramal untuk menggapai harta-harta tadi, bukan untuk mengharap wajah Allah. Demikianlah sehingga mereka disebut hamba dinar, dirham dan seterusnya. Adapun orang yang beramal karena ingin mengharap wajah Allah semata, mereka itulah yang disebut hamba Allah sejati. Di antara tanda bahwa mereka beramal untuk menggapai harta-harta tadi atau ingin menggapai dunia disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam selanjutnya “Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia pun tidak ridho murka, dia akan celaka dan kembali binasa”. Hal ini juga yang dikatakan kepada orang-orang munafik sebagaimana dalam firman Allah, وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ “Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang distribusi zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” QS. At Taubah 58 Itulah tanda seseorang dalam beramal hanya ingin menggapai tujuan dunia. Jika dia diberi kenikmatan dunia, dia ridho. Namun, jika kenikmatan dunia tersebut tidak kunjung datang, dia akan murka dan marah. Dalam hatinya seraya berujar, “Sudah sebulan saya merutinkan shalat malam, namun rizki dan usaha belum juga lancar.” Inilah tanda orang yang selalu berharap dunia dengan amalan sholehnya. Adapun seorang mukmin, jika diberi nikmat, dia akan bersyukur. Sebaliknya, jika tidak diberi, dia pun akan selalu sabar. Karena orang mukmin, dia akan beramal bukan untuk mencapai tujuan dunia. Sebagian mereka bahkan tidak menginginkan mendapatkan dunia sama sekali. Diceritakan bahwa sebagian sahabat tidak ridho jika mendapatkan dunia sedikit pun. Mereka pun tidak mencari-cari dunia karena yang selalu mereka harapkan adalah negeri akhirat. Semua ini mereka lakukan untuk senantiasa komitmen dalam amalan mereka, agar selalu timbul rasa harap pada kehidupan akhirat. Mereka sama sekali tidak menyukai untuk disegerakan balasan terhadap kebaikan yang mereka lakukan di dunia. Akan tetapi, barangsiapa diberi dunia tanpa ada rasa keinginan sebelumnya dan tanpa ada rasa tamak terhadap dunia, maka dia boleh mengambilnya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits dari Umar bin Khottob, قَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُعْطِينِى الْعَطَاءَ فَأَقُولُ أَعْطِهِ أَفْقَرَ إِلَيْهِ مِنِّى. حَتَّى أَعْطَانِى مَرَّةً مَالاً فَقُلْتُ أَعْطِهِ أَفْقَرَ إِلَيْهِ مِنِّى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خُذْهُ وَمَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ فَخُذْهُ وَمَا لاَ فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ ». “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan suatu pemberian padaku.” Umar lantas mengatakan, “Berikan saja pemberian tersebut pada orang yang lebih butuh lebih miskin dariku. Sampai beberapa kali, beliau tetap memberikan harta tersebut padaku.” Umar pun tetap mengatakan, “Berikan saja pada orang yang lebih butuh lebih miskin dariku.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda, “Ambillah harta tersebut dan harta yang semisal dengan ini di mana engkau tidak merasa mulia dengannya dan sebelumnya engkau pun tidak meminta-mintanya. Ambillah harta tersebut. Selain harta semacam itu yang di mana engkau punya keinginan sebelumnya padanya, maka biarkanlah dan janganlah hatimu bergantung padanya.” HR. Bukhari dan Muslim. Sekali lagi, begitulah orang beriman. Jika dia diberi nikmat atau pun tidak, amalan sholehnya tidak akan pernah berkurang. Karena orang mukmin sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Adapun orang yang selalu mengharap dunia dengan amalan sholehnya, dia akan bersikap berbeda. Jika dia diberi nikmat, baru dia ridho. Namun, jika dia tidak diberi, dia akan murka dan marah. Dia ridho karena mendapat kenikmatan dunia. Sebaliknya, dia murka karena kenikmatan dunia yang tidak kunjung menghampirinya padahal dia sudah gemar melakukan amalan sholeh. Itulah sebabnya orang-orang seperti ini disebut hamba dunia, hamba dinar, hamba dirham dan hamba pakaian. Beragamnya Niat dan Amalan Untuk Menggapai Dunia Niat seseorang ketika beramal ada beberapa macam [Pertama] Jika niatnya adalah murni untuk mendapatkan dunia ketika dia beramal dan sama sekali tidak punya keinginan mengharap wajah Allah dan kehidupan akhirat, maka orang semacam ini di akhirat tidak akan mendapatkan satu bagian nikmat pun. Perlu diketahui pula bahwa amalan semacam ini tidaklah muncul dari seorang mukmin. Orang mukmin walaupun lemah imannya, dia pasti selalu mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat. [Kedua] Jika niat seseorang adalah untuk mengharap wajah Allah dan untuk mendapatkan dunia sekaligus, entah niatnya untuk kedua-duanya sama atau mendekati, maka semacam ini akan mengurangi tauhid dan keikhlasannya. Amalannya dinilai memiliki kekurangan karena keikhlasannya tidak sempurna. [Ketiga] Adapun jika seseorang telah beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah semata, akan tetapi di balik itu dia mendapatkan upah atau hasil yang dia ambil untuk membantunya dalam beramal semacam mujahid yang berjihad lalu mendapatkan harta rampasan perang, para pengajar dan pekerja yang menyokong agama yang mendapatkan upah dari negara setiap bulannya, maka tidak mengapa mengambil upah tersebut. Hal ini juga tidak mengurangi keimanan dan ketauhidannya, karena semula dia tidak beramal untuk mendapatkan dunia. Sejak awal dia sudah berniat untuk beramal sholeh dan menyokong agama ini, sedangkan upah yang dia dapatkan adalah di balik itu semua yang nantinya akan menolong dia dalam beramal dan beragama. Lihat Al Qoulus Sadiid, 132-133 Adapun amalan yang seseorang lakukan untuk mendapatkan balasan dunia ada dua macam [Pertama] Amalan yang tidak disebutkan di dalamnya balasan dunia. Namun seseorang melakukan amalan tersebut untuk mengharapkan balasan dunia, maka semacam ini tidak diperbolehkan bahkan termasuk kesyirikan. Misalnya Seseorang melaksanakan shalat Tahajud. Dia berniat dalam hatinya bahwa pasti dengan melakukan shalat malam ini, anaknya yang akan lahir nanti adalah laki-laki. Ini tidak dibolehkan karena tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan bahwa dengan melakukan shalat Tahajud akan mendapatkan anak laki-laki. [Kedua] Amalan yang disebutkan di dalamnya balasan dunia. Contohnya adalah silaturrahim dan berbakti kepada kedua orang tua. Semisal silaturrahim, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ “Barangsiapa senang untuk dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali silaturrahim hubungan antar kerabat.” HR. Bukhari dan Muslim Jika seseorang melakukan amalan semacam ini, namun hanya ingin mengharapkan balasan dunia saja dan tidak mengharapkan balasan akhirat, maka orang yang melakukannya telah terjatuh dalam kesyirikan. Namun, jika dia melakukannya tetap mengharapkan balasan akhirat dan dunia sekaligus, juga dia melakukannya dengan ikhlash, maka ini tidak mengapa dan balasan dunia adalah sebagai tambahan nikmat untuknya karena syari’at telah menunjukkan adanya balasan dunia dalam amalan ini. Lihat At Tamhid Li Syarh Kitabit Tauhid Perbedaan dan Kesamaan Beramal untuk Meraih Dunia dengan Riya’ Syaikh Muhammad At Tamimi –rahimahullah- membawakan pembahasan ini dalam Kitab Tauhid pada Bab “Termasuk kesyirikan, seseorang beribadah untuk mencari dunia”. Beliau –rahimahullah- membawakannya setelah membahas riya’. Kenapa demikian? Riya’ dan beribadah untuk mencari dunia, keduanya sama-sama adalah amalan hati dan terlihat begitu samar karena tidak nampak di hadapan orang banyak. Namun, Keduanya termasuk amalan kepada selain Allah Ta’ala. Ini berarti keduanya termasuk kesyirikan yaitu syirik khofi syirik yang samar. Keduanya memiliki peredaan. Riya’ adalah beramal agar dilihat oleh orang lain dan ingin tenar dengan amalannya. Sedangkan beramal untuk tujuan dunia adalah banyak melakukan amalan seperti shalat, puasa, sedekah dan amalan sholeh lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan balasan segera di dunia semacam mendapat rizki yang lancar dan lainnya. Tetapi perlu diketahui, para ulama mengatakan bahwa amalan seseorang untuk mencari dunia lebih nampak hasilnya daripada riya’. Alasannya, kalau seseorang melakukan amalan dengan riya’, maka jelas dia tidak mendapatkan apa-apa. Namun, untuk amalan yang kedua, dia akan peroleh kemanfaatan di dunia. Akan tetapi, keduanya tetap saja termasuk amalan yang membuat seseorang merugi di hadapan Allah Ta’ala. Keduanya sama-sama bernilai syirik dalam niat maupun tujuan. Jadi kedua amalan ini memiliki kesamaan dari satu sisi dan memiliki perbedaan dari sisi yang lain. Kenapa Engkau Tidak Ikhlash Saja dalam Beramal? Sebenarnya jika seseorang memurnikan amalannya hanya untuk mengharap wajah Allah dan ikhlash kepada-Nya niscaya dunia pun akan menghampirinya tanpa mesti dia cari-cari. Namun, jika seseorang mencari-cari dunia dan dunia yang selalu menjadi tujuannya dalam beramal, memang benar dia akan mendapatkan dunia tetapi sekadar yang Allah takdirkan saja. Ingatlah ini … !! Semoga sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam bisa menjadi renungan bagi kita semua, مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ “Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” HR. Tirmidzi no. 2465. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat penjelasan hadits ini di Tuhfatul Ahwadzi, 7/139 Marilah –saudaraku-, kita ikhlashkan selalu niat kita ketika kita beramal. Murnikanlah semua amalan hanya untuk menggapai ridho Allah. Janganlah niatkan setiap amalanmu hanya untuk meraih kenikmatan dunia semata. Ikhlaskanlah amalan tersebut pada Allah, niscaya dunia juga akan engkau raih. Yakinlah hal ini …!! Semoga Allah selalu memperbaiki aqidah dan setiap amalan kaum muslimin. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ala nabiyyina Muhammad wa ala wa alihi wa shohbihi wa sallam. Rujukan 1. Al Qoulus Sadiid Syarh Kitab At Tauhid, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Wizarotusy syu’un Al Islamiyyah wal Awqof wad Da’wah wal Irsyad-Al Mamlakah Al Arobiyah As Su’udiyah. 2. I’aanatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid, Sholeh bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan. 3. At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid, Sholeh bin Abdul Aziz Alu Syaikh, Daar At Tauhid. 4. Tafsir Al Qur’an Al Azhim, Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir Al Qurosyi Ad Dimasyqi, Tahqiq Saami bin Muhammad Salamah, Dar Thobi’ah Lin Nasyr wat Tauzi’. 5. Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jaami’it Tirmidzi, Muhammad Abdurrahman bin Abdirrahim Al Mubarakfuriy Abul Alaa, Darul Kutub Al Ilmiyyah, Beirut. **** KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28

Hasanal-Basri, benar-benar seorang, yang senantiasa dirinya terikat dengan akhirat. Jalan hidupnya penuh dengan ketaqwaan.Ia tidak ingin mengotori dengan prenik-prenik kenikmatan yang menipu, dan membuatnya terjatuh dalam murka-Nya. Ketika Hasan al-Basri sedang sakit, saudara-saudaranya dan teman-temannya yang menjenguk merasa heran.
Jakarta - 'Bekal apa yang harus dipersiapkan oleh manusia untuk menghadapi kematian atau pun hari kiamat?' Pertanyaan ini biasa ditemukan dalam contoh soal Pendidikan Agama Islam Kelas 12 'kan, detikers? Namun, tidak perlu tersebut dapat dijawab melalui salah satu sabda Rasulullah SAW. Berikut bunyi bacaan dan terjemahannya,عَنْ أبي يَعْلَى شَدَّادِ بْن أَوْسٍ عن النَّبيّ ﷺ قَالَ الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ, وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ, وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَواهَا, وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ رواه التِّرْمِذيُّ وقالَ حديثٌ حَسَنٌ, وقال الترمذي وغيره من العلماء معني دان نفسه أي حاسبهاArtinya "Orang yang cerdas adalah yang menekan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, sedangkan orang dungu adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan mengangankan kepada Allah berbagai angan-angan." HR At Tirmidzi.Selain itu, bekal yang perlu dipersiapkan sebelum bertemu dengan Allah SWT juga sempat disinggung dalam surat Al Kahfi ayat 110قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًاArtinya "Katakanlah Muhammad, "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya."Berdasarkan kedua dalil di atas, sebaik-baiknya bekal yang harus dipersiapkan untuk menghadapi kematian atau hari kiamat adalah amal sholeh atau kebajikan. Melalui ayat di atas juga, Allah SWT memerintahkan manusia untuk melaksanakan ibadah dengan tulus dan ikhlas, semata-mata karena Allah SWT ta'ala."Barangsiapa yang mengharapkan pahala dari Allah pada hari perjumpaan denganNya, maka hendaklah ia tulus ikhlas dalam ibadahnya, mengesakan Allah dalam rububiyah dan uluhiyah-Nya dan tidak syirik," tulis Kementerian Agama RI dalam sholeh dalam kehidupan di dunia akan memberatkan timbangan kebaikan kita di akhirat. Sebab itu, amal sholeh menjadi salah satu bekal yang paling utama bagi manusia di akhirat kelak sebagaimana yang dikutip dari buku Be Excellent Menjadi Pribadi Terpuji karya H. Ahmad amal sholeh, amar ma'ruf nahi munkar juga bisa dipersiapkan bagi manusia sebagai bekalnya saat mengahadapi kematian dan hari kiamat. Amar ma'ruf berarti memerintahkan orang lain melakukan kebaikan, sementara nahi munkar artinya mencegah manusia dari melakukan kemungkaran."Melakukan amar ma'ruf nahi munkar paling tidak kita menjadi orang yang melakukan kebaikan dan mencegah diri dari melakukan kemunkaran," tulis H. Ahmad Yani dalam penjelasan mengenai sebaik-baiknya bekal yang harus dipersiapkan manusia untuk menghadapi kematian atau pun hari kiamat. Semoga bermanfaat ya, detikers. Simak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] rah/row
Riya adalah beramal agar dilihat oleh orang lain dan ingin tenar dengan amalannya. Sedangkan beramal untuk tujuan dunia adalah banyak melakukan amalan seperti shalat, puasa, sedekah dan amalan sholeh lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan balasan segera di dunia semacam mendapat rizki yang lancar dan lainnya.
SuksesDunia Akhirat Menurut Islam. Dalam menjalankan kehidupan di dunia, manusia terutama umat muslim tentunya ingin hidup sukses baik didunia maupun diakhirat (baca dunia menurut islam ). Sukses sendiri terkadang disalah artikan oleh sebagian orang dan mereka menganggap kesuksesan dalam hidup adalah ketika mereka memiliki harta yang berlimpah
Rasulsebagai utusan Allah harus kita kenal dan kita taati agar segala aspek kehidupan kita menjadi ibadah RINCIAN BAHASAN Makna Risalah dan Rasul • Risalah : sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat • Rasul : Seorang laki Orang yang paling bijak adalah orang yang selalu mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian" [HR Imam Tarmizi; Hadis Hasan] YA. Kemudian beliau ditanya lagi: Jadi UNTUK APA ORANG-ORANG HARUS BERAMAL? Rasulullah saw. menjawab: Setiap orang AKAN DIMUDAHKAN untuk melakukan APA YANG TELAH MENJADI TAKDIRNYA
3 Menjadikan diri lebih bersosial. Kehidupan sosial secara otomatis akan meningkat ketika kita melakukan amal. Kita akan lebih baik setiap bertemu dengan orang lain, lebih terbuka dan ramah, serta kita akan saling bertukar ide yang kemudian akan membuat kepribadian tumbuh menjadi lebih baik lagi setiap harinay. 4. Mengembangkan rasa kasih sayang.

PakUstadz nyata-nyata lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada sukses akhirat. Di dalam Al-Qur'an Allah tidak pernah menyuruh kita untuk berlomba mengejar dunia. Berkompetisi merebut keberhasilan di dunia apakah itu dalam hal kekayaan, popularitas, kekuasaan dan lain sebagainya tidaklah Allah perintahkan.

Jawaban(1 dari 2): Belajar itu sebenarnya sudah hakekatnya. Contohnya aja dari waktu kecil atau masih bayi, untuk bisa berjalan kita harus merangkak dulu, berdiri, baru bisa berjalan, karna semua itu butuh proses. Nah prosesnya itu ya belajar tadi. Belajar adalah proses bagaimana kita meningk
Segalasesuatu yang akan terjadi di masa depan bisa kita persiapkan dari sekarang. Yaitu dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit bekal untuk sesuatu yang tak terduga. Semakin banyak bekal kita, semakin banyak pula kesuksesan yang akan kita raih nantinya. (Baca juga: Dimuliakan Allah dan Rasulullah Setelah Memuliakan Anak Yatim) Kesuksesan yang dimaksud bukanlah kesuksesan di dunia semata
Karenaitu, Ustaz Miftahudin mengajak agar mengerti alasan mengapa seseorang harus beribadah. Menurutnya, karena manusia diciptakan oleh Allah hanya sebagai hamba. Seperti yang difirmankan Allah dalam surah az-Zariyat ayat 56 yang berbunyi, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." vJ7c.